Minggu lalu akhirnya gw nonton juga film Pengabdi Setan,
setelah 1 bulan tayang dari tanggal rilisnya 28 September. Ngeliat review”nya
katanya nyeremin. Berhubung gw emang demen film horror, nonton deh. Jadi di tulisan
ini gw mau ngreview sedikit tentang film ini. Bagi yang pengen nonton Pengabdi
Setan tapi belum sempet, jangan lanjut baca ya. Ga seru kan klo kalian mau
nonton tapi udah ketauan ni film gimana”nya. Bagi yang belum nonton karena
takut tapi kepo, oke silakan lanjut baca.
Film Pengabdi Setan besutan Joko Anwar ini sebenarnya adalah
remake dari film dengan judul yang sama yang rilis tahun 1980-an. Pengabdi
setan yang pertama itu malah berhasil menyandang predikat sebagai film horror
terlaris di Indonesia. Juga berhasil tembus ke mancanegara. Walaupun remake,
tapi pengabdi setan yang kekinian ini mengambil alur yang berbeda dengan film
aslinya walau masih dalam benang merah yang sama.
Berlatar tahun 1981, film ini mengisahkan sebuah keluarga
dengan 4 orang anak. Yang sulung dan perempuan satu”nya, Rini, 22 tahun, kuliah
tapi berhenti. Yang kedua, Toni, masih SMA usia 16 tahun. Yang ketiga, Bondi,
masih SD usia 10 tahun. Dan yang bungsu, Ian, menjelang usia 7 tahun (klo di
film sepertinya yang bungsu ini blm sekolah). Yang bungsu ini tuna rungu. Ibunya
anak” ini sudah sakit selama 3 tahun dan finansial mereka udah cekak untuk
pengobatan ibu dan biaya hidup sehari-hari. Mereka udah gadai rumah mereka
lantas tinggal di rumah nenek (ibu dari pihak Bapak), juga jual motor. Ga
dijelaskan ibu ini sakit apa, yang jelas Ibu digambarkan cuma bisa berbaring di
tempat tidur dan diberi lonceng yang bisa dibunyiin untuk manggil anggota
keluarganya tiap Ibu butuh sesuatu. Ada adegan yang bikin gw semi gemes, yaitu
tokoh Ibu kan lagi sakit ya, sampe ga bisa bangun dari tempat tidur. Nah kok si
Bapak aka suaminya sendiri ga mau tidur sama Ibu. Doi malah tidur di luar. Istrimu
membutuhkanmu Pak, lagi atit ituuh, malah ditinggal. Aiih..
Singkat cerita ni Ibu meninggal. Besokannya setelah istrinya
meninggal, Bapak pamit pergi untuk beberapa lama. Mengingat ni film mengambil
latar tahun 1980-an, jadi blm ada handphone untuk komunikasi praktis. Telepon rumah
pun diceritakan ga ada karena udah diputus. Dan si Bapak blm tau nanti
tinggalnya dimana sehingga jika anaknya ingin berkirim surat pun bingung dialamatkan
kemana. Dengan segala kebingungan itu, terlebih mereka masih berduka karena Ibu
mereka baru saja meninggal, anaknya pun berusaha mencegah kepergian Bapak
dengan mengatakan nanti klo mereka butuh Bapak, gimana. Namun tanpa disangka”
Bapak malah berucap,,
“Emang kira-kira butuh Bapak buat apa??”
Lah lah lah,, speechless gw. Kok si Bapak bisa”nya ngomong
kayak gitu ke anaknya. Yaudah skip. Beberapa hari setelah Bapak semprul ini
pergi, nenek mereka meninggal. Dan berlanjut ke kejadian aneh yang kerap
terjadi. Gw ga akan spoiler cerita selanjutnya karena disitulah cerita
horrornya bermunculan.
Bagi kalian yang demen horror, secara keseluruhan film ini
cukup menghibur. Setannya berhasil menjadi sosok hantu yang tidak ditertawakan
penonton. Dan menurut gw itu penting banget. Karena klo setannya aja ga serem
atau malah lucu, akan berimbas ke suasana horror yang ingin ditampilkan. Gimana
mau bikin penonton degdegser klo setannya aja kurang seru kan. Dan ini patut
diapresiasi.
Untuk soundnya, gw acungin jempol. Terutama OST nya yaitu
lagu hit si Ibu “Di,, kesunyian malam
ini. Ku datang menghampiri..” itu paten abis! Musiknya, suara penyanyinya,
pembawaannya, bener” aura lagu lawasnya tuh dapet banget. Padahal itu lagu baru
loh, yang baru diciptain untuk film ini, cuma emang terinspirasi dari lagu
lama. Asli keren.
Tapii…
Buat gw pribadi, film ini gagal membuat gw takut. Hahhahaha
belagu. Bukan berarti filmnya ga seram ya, tapi emang adalah hal yang sulit
untuk membuat gw takut sama hal” yang berbau hantu, setan, dsb. Klo film
thriller yang darah” ngalir gampang banget bikin gw ngerasa ngilu, karena gw
orangnya emang ngiluan. Tapi klo film horror, gw tipe penonton yang malah menanti
dan mantengin tiap sosok si setan nongol, dan selama ini cuma satu film horror
yang berhasil bikin gw teriak bahkan sampe meremin mata saat teriak, yaitu film
Jelangkung (2001).
Bahas dikit tentang film Jelangkung ya. Dulu film Jelangkung
meledak abis tapi ga semua bioskop nampilin film ini. Aneh kan?? Karena umumnya
film yang laris pasti ditampilin di tiap bioskop. Rumor yang saat itu beredar
sih karena film ini membawa efek” mistis sehingga banyak bioskop yang ogah
nayanginnya. Gw dulu ngejer nonton film ini sampe ke Blok M, jauh dari rumah
karena yang sekitaran rumah ga ada yang nayangin. Dan di Blok M itu antriannya waah.
Kenapa film Jelangkung berhasil bikin gw takut adalah karena
aura seram yang memang dibangun dari awal cerita. Berlatar tentang pembantaian
yang dilakukan masyarakat kepada seorang bocah yang dianggap membawa
malapetaka. Di awal film dijelaskan dengan teks tentang tahun, cerita singkat,
dan nama desa yang menjadi lokasinya dilanjutkan dengan visualisasi pembantaian
si bocah, sehingga gw sebagai penonton merasa bahwa kejadian pembantaian tersebut
di tahun dan lokasi itu memang pernah terjadi (yang ternyata itu fiktif). Perbuatan
membantai itu seram ga?? Buat gw sih banget, terlebih saat itu gw pikir
pembantaian bocah tersebut emang berdasarkan kejadian nyata. Dan dari situlah
aura seram itu dibangun.
Mungkin itu yang membedakan film horror jaman dulu dengan
film horror kekinian. Film horror kekinian lebih mengandalkan penampakan si setan
dan musik yang menggelegar tiba” untuk menghasilkan jump scare tanpa
memperhatikan alur cerita atau membangun aura seram sebelumnya. Sehingga begitu
si setan datang, penonton kaget, lantas si setan pergi, dan penonton jadi biasa
lagi. Tanpa bergidik, tanpa kesan.. Seolah” nonton film horror cuma buat
dikagetin. Heaa..
Balik lagi ke film Pengabdi Setan. Dengan pemilihan lokasi
syuting yang baik, musik, alur, akting para pemain, pencahayaan, make up, bahkan
latar yang berhasil banget memberi kesan lawas, dengan tangan dingin sutradara
yang oke, gw sangat mengapresiasi kemunculan film Pengabdi Setan ini. Hebatnya
lagi ni film udah tembus 4 juta penonton dan masih bertambah karena ketika gw
nulis ini, filmnya masih diputar di banyak bioskop yang berarti bertahan lebih
dari sebulan. Dan kabarnya film ini juga akan ditayangkan di mancanegara. Jika
Jepang punya Ju On, Amerika punya Insidious, maka Indonesia punya Pengabdi
Setan. Salut! Maju terus perfilman Indonesia. Bangga nonton film Indonesia. :D