Rabu, 20 Agustus 2014

Surat Terbuka Untuk Prabowo Subianto



Teruntuk Pak Prabowo Subianto Djojohadikusumo,

Saya tergerak menulis surat terbuka ini untuk Anda, Pak Prabowo, dengan harapan semoga surat ini bisa sampai ke Anda. Saya asli Indonesia. Saya lahir dan besar di Jakarta. Saya menyukai dunia politik, sehingga saya haus akan berita-berita politik dan selalu antusias setiap diadakan pemilu, baik pilkada maupun pilpres.

Saya bersemangat mengikuti debat capres yang telah 5 kali diadakan. Saya ikuti semua, Pak. Saya merupakan pemilih yang menjadikan rangkaian debat capres sebagai salah satu poin untuk menentukan pilihan. Sayang sekali, Pak, di debat yang pertama, saat Pak JK mempertanyakan tentang tragedi HAM di tahun 1998, Pak Prabowo menanggapinya dengan emosi dan tidak menjawab. Saya katakan tidak menjawab karena saya sebagai penonton tidak mendapatkan jawabannya. Padahal jika Pak Prabowo melihat pertanyaan Pak JK itu sebagai sesuatu yang positif, Pak Prabowo akan melihat peluang untuk mengklarifikasi dan membersihkan nama Bapak dalam menjawabnya untuk kemudian mendulang dukungan rakyat, alih-alih menanggapinya dengan emosi. Melihat hal tersebut, terus terang, saya kecewa.

Masih di debat yang pertama, Pak. Pasangan Anda, Pak Hatta mengatakan bahwa hukum harus adil, tidak boleh tumpul di atas tetapi tajam ke bawah. Saya langsung teringat dengan peristiwa kecelakaan lalu lintas yang dilakukan putranya sehingga menyebabkan orang lain meninggal. Jika mengikuti beritanya, kita tahu bahwa putra Pak Hatta Rajasa bersalah. Tapi dihukumkah ia?? Tidak. Ia bebas bahkan sering pesta di London. Lantas, hukum adil yang Pak Hatta maksud itu hukum yang seperti apa? Tumpul di atas.

Pak Prabowo, saya juga mengingat bagaimana Anda menyatakan setuju atas ide-ide yang dikemukakan Pak Jokowi di dalam debat capres. Dan karena itu juga elektabilitas Anda memperlihatkan peningkatan. Di akhir debat Anda juga menyatakan akan menerima hasil pilihan rakyat. Dan bukan hanya di debat, Anda sering menyatakan tentang hal itu di forum lain.

Dan tibalah tanggal 9 Juli 2014. Pemilu presiden Indonesia dilakukan. Setelahnya, masih di hari yang sama, pukul 13.00 siang, kita menyaksikan quick count. Tapi quick count terbelah, 8 lembaga memperlihatkan keunggulan perolehan suara untuk Pak Jokowi dan 4 lembaga memperlihatkan keunggulan perolehan suara untuk Anda. Saat itu saya langsung mencari tahu tentang lembaga-lembaga survey yang memenangkan Anda. Kenapa? Jujur, setiap ada quick count, saya selalu berpatokan pada quick count puslitbang kompas, karena selama ini tidak pernah meleset alias terpercaya. Jika Bapak tidak mau mengakui quick count kompas atau yang lain karena menganggapnya sebagai media partisan Pak Jokowi, tidakkah Pak Prabowo memandang RRI yang merupakan lembaga pemerintahan? Dan bukankah partai-partai besar yang menduduki pemerintahan berada bersama Bapak?? Tapi RRI memperlihatkan keunggulan Jokowi Pak, sama seperti 7 lembaga survey lainnya.

Beberapa hari setelahnya, rakyat semakin sadar bahwa lembaga survey yang memenangkan Anda bahkan stasiun tv yang menyiarkan  kemenangan Anda tidak kredibel bahkan dipecat dari Persepi (Perhimpunan Survey Opini Publik) karena menolak diaudit. Muncul petisi untuk mencabut stasiun tv tersebut (saya sebut saja ya Pak, tv one, yang pemiliknya mendukung Anda). Hasil quick count akhirnya tidak boleh lagi ditampilkan karena dianggap membingungkan masyarakat dan untuk menghindari efek yang lebih kacau.

Beberapa hari kemudian Anda diwawancara oleh BBC. Pak Prabowo yang sebelumnya masih saya hormati namun setelah melihat wawancara tersebut tidak saya hormati lagi, itukah Anda yang sebenarnya Pak?? Bisa-bisanya Anda menjelek-jelekkan rival Anda yang sebangsa dan setanah air dengan Anda di depan orang asing dan jutaan penduduk dunia. Itukah Anda, Pak Prabowo Subianto?? Saya miris melihat tayangan itu. Saya sebagai rakyat Indonesia malu memiliki Anda sebagai calon presiden. Amit-amit Pak! Di tayangan itu Anda juga kembali sesumbar akan menang rekapitulasi KPU dan kalaupun tidak, Anda akan mempercayai hasil KPU, akan menerima hasilnya.

Ternyata rekapitulasi KPU memenangkan Pak Jokowi-Jusuf Kalla. Anda menyatakan menarik diri dari pilpres dan menyatakan telah terjadi kecurangan yang TSM (Terstruktur, Sistematis, dan Masif). Mana sesumbar Anda yang menyatakan akan menerima hasil rekapitulasi KPU?? Jika memang merasa dicurangi, kenapa tidak mengusut langsung setelah pemilihan dilakukan, malah menunggu rekapitulasi KPU dan ketika menyadari bahwa Anda kalah, Anda tidak terima.

Anda juga membuat video yang diupload ke youtube. Sadarkah Anda video Anda sangat provokatif?? Anda mengata-ngatai bangsa sendiri sebagai bangsa kacung. Anda memprovokasi pendukung Anda dengan mengatakan “marilah kita susun kekuatan. Dari orang ke orang. Lima orang demi lima orang. Sepuluh orang demi sepuluh orang. Atur. Pada saat nanti kita akan umumkan perjuangan kita. Pilihannya hanya dua, berdiri terhormat sebagai bangsa ksatria atau tunduk selamanya sebagai bangsa kacung.” Jadi rakyat harus menuruti Anda, kalau tidak Anda cap sebagai bangsa kacung. Kasihan sekali pemikiran Anda Pak Prabowo.

Anda menggugat ke MK. Demo massa di MK membuat macet jalan, merusak taman, dan selalu meninggalkan sampah di mana-mana. Pembagian jatah makan siang untuk para pendukung Anda selalu ricuh. Begitukah cara Anda memperlakukan rakyat yang mendukung Anda? Membuat mereka terlihat begitu kelaparan dan mendamba makanan. Dari Paket KFC (yang katanya Anda anti-asing), nasi padang, nasi styrofoam, sampai bacang. Begitukah cara Anda memperlakukan rakyat yang mendukung Anda, Pak Prabowo? Anda memanfaatkan rakyat kecil yang tergiur dengan makan siang gratis yang ditawarkan. Sungguh miris melihat sebagian rakyat Anda perlakukan seperti itu.

Anda juga membuat upacara 17-an untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia sendiri. Memang tidak ada yang salah dengan hal ini. Namun cara Anda membuat upacara, memperlihatkan betapa Anda sangat haus kekuasaan. Betapa Anda sangat gila hormat. Anda menginspeksi rakyat sipil yang berseragam seperti layaknya prajurit, lengkap dengan baret merah, melalui jeep. WOW!! Sadarkah Anda?? Anda sendirilah yang meng-kacung-i rakyat yang memilih Anda. Anda bertingkah seolah-olah Anda adalah pemimpin yang harus dihormati. Kasihan sekali Anda. Coba Anda tengok rival Anda. Pak Jokowi merayakan hari kemerdekaan Indonesia dengan ikut lomba bersama warga. Ia berbaur bersama rakyat. Seperti itulah pemimpin yang diinginkan rakyat Indonesia, yang telah dipilih sebanyak 70 juta rakyat. Pemimpin yang dekat dengan rakyat, tanpa jarak bahkan terkesan tanpa protokoler yang menghadang.

Pak Prabowo, diantara pemilu yang saya ikut berpartisipasi (saya tidak pernah golput), pilpres 2014 ini lah yang begitu sarat dengan kampanye hitam. Belajar dari pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, kampanye hitam juga marak dilakukan. Tapi, saya masih ingat betul saat pilkada DKI 2012, Pak Fauzi Bowo langsung menelpon Pak Jokowi untuk mengucapkan selamat begitu melihat hasil quick count yang memenangkan Pak Jokowi. Pak Fauzi Bowo tak perlu menunggu hasil KPU untuk mengucapkan selamat kepada rivalnya. Ia begitu berjiwa besar. Dan pendukungnya pun tidak perlu malu dan bersedih karena  kalah, sebab junjungannya telah berjiwa besar mengakui kemenangan kubu rival dan kubu pemenang pun menyatakan salut dan hormat kepada kubu Fauzi Bowo. Betapa damainya.

Pak Prabowo, besok akan dibacakan hasil keputusan MK. Saya sebagai rakyat Indonesia sudah letih melihat tingkah Anda. Sudahlah, Pak Prabowo. Koalisi partai yang Anda banggakan dan Anda pikir harusnya mendongkrak perolehan suara Anda kalah dengan koalisi rakyat. Sudahlah, Pak Prabowo. Jangan rusak persatuan rakyat dengan segala ucapan dan tindakan provokatif yang Anda lakukan. Sudahlah, Pak Prabowo. Jika Anda masih mencari celah dengan mempermasalahkan keputusan MK dan mencoba menggugat ke PTUN, MA, dan lain sebagainya dan lain sebagainya, maka Anda sendirilah yang telah mencederai suara rakyat Indonesia yang telah berpartisipasi dalam pesta demokrasi 2014.

Sudahlah, Pak Prabowo.. Sudahlah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar