Teruntuk Pak Prabowo Subianto
Djojohadikusumo,
Saya tergerak menulis surat terbuka
ini untuk Anda, Pak Prabowo, dengan harapan semoga surat ini bisa sampai ke
Anda. Saya asli Indonesia. Saya lahir dan besar di Jakarta. Saya menyukai dunia
politik, sehingga saya haus akan berita-berita politik dan selalu antusias
setiap diadakan pemilu, baik pilkada maupun pilpres.
Saya bersemangat mengikuti debat
capres yang telah 5 kali diadakan. Saya ikuti semua, Pak. Saya merupakan
pemilih yang menjadikan rangkaian debat capres sebagai salah satu poin untuk
menentukan pilihan. Sayang sekali, Pak, di debat yang pertama, saat Pak JK mempertanyakan
tentang tragedi HAM di tahun 1998, Pak Prabowo menanggapinya dengan emosi dan
tidak menjawab. Saya katakan tidak menjawab karena saya sebagai penonton tidak
mendapatkan jawabannya. Padahal jika Pak Prabowo melihat pertanyaan Pak JK itu
sebagai sesuatu yang positif, Pak Prabowo akan melihat peluang untuk mengklarifikasi
dan membersihkan nama Bapak dalam menjawabnya untuk kemudian mendulang dukungan
rakyat, alih-alih menanggapinya dengan emosi. Melihat hal tersebut, terus
terang, saya kecewa.
Masih di debat yang pertama, Pak. Pasangan
Anda, Pak Hatta mengatakan bahwa hukum harus adil, tidak boleh tumpul di atas
tetapi tajam ke bawah. Saya langsung teringat dengan peristiwa kecelakaan lalu
lintas yang dilakukan putranya sehingga menyebabkan orang lain meninggal. Jika
mengikuti beritanya, kita tahu bahwa putra Pak Hatta Rajasa bersalah. Tapi dihukumkah
ia?? Tidak. Ia bebas bahkan sering pesta di London. Lantas, hukum adil yang Pak
Hatta maksud itu hukum yang seperti apa? Tumpul di atas.
Pak Prabowo, saya juga mengingat
bagaimana Anda menyatakan setuju atas ide-ide yang dikemukakan Pak Jokowi di dalam
debat capres. Dan karena itu juga elektabilitas Anda memperlihatkan
peningkatan. Di akhir debat Anda juga menyatakan akan menerima hasil pilihan
rakyat. Dan bukan hanya di debat, Anda sering menyatakan tentang hal itu di
forum lain.
Dan tibalah tanggal 9 Juli 2014. Pemilu
presiden Indonesia dilakukan. Setelahnya, masih di hari yang sama, pukul 13.00
siang, kita menyaksikan quick count. Tapi quick count terbelah, 8 lembaga
memperlihatkan keunggulan perolehan suara untuk Pak Jokowi dan 4 lembaga
memperlihatkan keunggulan perolehan suara untuk Anda. Saat itu saya langsung
mencari tahu tentang lembaga-lembaga survey yang memenangkan Anda. Kenapa? Jujur,
setiap ada quick count, saya selalu berpatokan pada quick count puslitbang
kompas, karena selama ini tidak pernah meleset alias terpercaya. Jika Bapak
tidak mau mengakui quick count kompas atau yang lain karena menganggapnya
sebagai media partisan Pak Jokowi, tidakkah Pak Prabowo memandang RRI yang
merupakan lembaga pemerintahan? Dan bukankah partai-partai besar yang menduduki
pemerintahan berada bersama Bapak?? Tapi RRI memperlihatkan keunggulan Jokowi
Pak, sama seperti 7 lembaga survey lainnya.
Beberapa hari setelahnya, rakyat
semakin sadar bahwa lembaga survey yang memenangkan Anda bahkan stasiun tv yang
menyiarkan kemenangan Anda tidak
kredibel bahkan dipecat dari Persepi (Perhimpunan Survey Opini Publik) karena
menolak diaudit. Muncul petisi untuk mencabut stasiun tv tersebut (saya sebut
saja ya Pak, tv one, yang pemiliknya mendukung Anda). Hasil quick count akhirnya
tidak boleh lagi ditampilkan karena dianggap membingungkan masyarakat dan
untuk menghindari efek yang lebih kacau.
Beberapa hari kemudian Anda
diwawancara oleh BBC. Pak Prabowo yang sebelumnya masih saya hormati namun
setelah melihat wawancara tersebut tidak saya hormati lagi, itukah Anda yang
sebenarnya Pak?? Bisa-bisanya Anda menjelek-jelekkan rival Anda yang sebangsa
dan setanah air dengan Anda di depan orang asing dan jutaan penduduk dunia. Itukah
Anda, Pak Prabowo Subianto?? Saya miris melihat tayangan itu. Saya sebagai rakyat
Indonesia malu memiliki Anda sebagai calon presiden. Amit-amit Pak! Di tayangan
itu Anda juga kembali sesumbar akan menang rekapitulasi KPU dan kalaupun tidak,
Anda akan mempercayai hasil KPU, akan menerima hasilnya.
Ternyata rekapitulasi KPU memenangkan
Pak Jokowi-Jusuf Kalla. Anda menyatakan menarik diri dari pilpres dan
menyatakan telah terjadi kecurangan yang TSM (Terstruktur, Sistematis, dan
Masif). Mana sesumbar Anda yang menyatakan akan menerima hasil rekapitulasi
KPU?? Jika memang merasa dicurangi, kenapa tidak mengusut langsung setelah
pemilihan dilakukan, malah menunggu rekapitulasi KPU dan ketika menyadari bahwa
Anda kalah, Anda tidak terima.
Anda juga membuat video yang diupload
ke youtube. Sadarkah Anda video Anda sangat provokatif?? Anda mengata-ngatai
bangsa sendiri sebagai bangsa kacung. Anda memprovokasi pendukung Anda dengan
mengatakan “marilah kita susun kekuatan. Dari orang ke orang. Lima orang demi lima
orang. Sepuluh orang demi sepuluh orang. Atur. Pada saat nanti kita akan
umumkan perjuangan kita. Pilihannya hanya dua, berdiri terhormat sebagai bangsa
ksatria atau tunduk selamanya sebagai bangsa kacung.” Jadi rakyat harus menuruti
Anda, kalau tidak Anda cap sebagai bangsa kacung. Kasihan sekali pemikiran Anda
Pak Prabowo.
Anda menggugat ke MK. Demo massa di
MK membuat macet jalan, merusak taman, dan selalu meninggalkan sampah di
mana-mana. Pembagian jatah makan siang untuk para pendukung Anda selalu ricuh. Begitukah
cara Anda memperlakukan rakyat yang mendukung Anda? Membuat mereka terlihat
begitu kelaparan dan mendamba makanan. Dari Paket KFC (yang katanya Anda anti-asing),
nasi padang, nasi styrofoam, sampai bacang. Begitukah cara Anda memperlakukan
rakyat yang mendukung Anda, Pak Prabowo? Anda memanfaatkan rakyat kecil yang
tergiur dengan makan siang gratis yang ditawarkan. Sungguh miris melihat
sebagian rakyat Anda perlakukan seperti itu.
Anda juga membuat upacara 17-an untuk
memperingati hari kemerdekaan Indonesia sendiri. Memang tidak ada yang salah
dengan hal ini. Namun cara Anda membuat upacara, memperlihatkan betapa Anda
sangat haus kekuasaan. Betapa Anda sangat gila hormat. Anda menginspeksi rakyat
sipil yang berseragam seperti layaknya prajurit, lengkap dengan baret merah,
melalui jeep. WOW!! Sadarkah Anda?? Anda sendirilah yang meng-kacung-i rakyat
yang memilih Anda. Anda bertingkah seolah-olah Anda adalah pemimpin yang harus
dihormati. Kasihan sekali Anda. Coba Anda tengok rival Anda. Pak Jokowi
merayakan hari kemerdekaan Indonesia dengan ikut lomba bersama warga. Ia
berbaur bersama rakyat. Seperti itulah pemimpin yang diinginkan rakyat
Indonesia, yang telah dipilih sebanyak 70 juta rakyat. Pemimpin yang dekat
dengan rakyat, tanpa jarak bahkan terkesan tanpa protokoler yang menghadang.
Pak Prabowo, diantara pemilu yang
saya ikut berpartisipasi (saya tidak pernah golput), pilpres 2014 ini lah yang begitu
sarat dengan kampanye hitam. Belajar dari pilkada DKI Jakarta 2012 lalu,
kampanye hitam juga marak dilakukan. Tapi, saya masih ingat betul saat pilkada
DKI 2012, Pak Fauzi Bowo langsung menelpon Pak Jokowi untuk mengucapkan selamat
begitu melihat hasil quick count yang memenangkan Pak Jokowi. Pak Fauzi Bowo tak
perlu menunggu hasil KPU untuk mengucapkan selamat kepada rivalnya. Ia begitu
berjiwa besar. Dan pendukungnya pun tidak perlu malu dan bersedih karena kalah, sebab junjungannya telah berjiwa besar
mengakui kemenangan kubu rival dan kubu pemenang pun menyatakan salut dan
hormat kepada kubu Fauzi Bowo. Betapa damainya.
Pak Prabowo, besok akan dibacakan
hasil keputusan MK. Saya sebagai rakyat Indonesia sudah letih melihat tingkah
Anda. Sudahlah, Pak Prabowo. Koalisi partai yang Anda banggakan dan Anda pikir harusnya mendongkrak perolehan suara Anda kalah dengan koalisi rakyat. Sudahlah, Pak Prabowo. Jangan rusak persatuan rakyat dengan segala ucapan
dan tindakan provokatif yang Anda lakukan. Sudahlah, Pak Prabowo. Jika Anda masih mencari
celah dengan mempermasalahkan keputusan MK dan mencoba menggugat ke PTUN, MA,
dan lain sebagainya dan lain sebagainya, maka Anda sendirilah yang telah
mencederai suara rakyat Indonesia yang telah berpartisipasi dalam pesta demokrasi
2014.
Sudahlah, Pak Prabowo.. Sudahlah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar