Rabu, 20 Agustus 2014

Surat Terbuka Untuk Prabowo Subianto



Teruntuk Pak Prabowo Subianto Djojohadikusumo,

Saya tergerak menulis surat terbuka ini untuk Anda, Pak Prabowo, dengan harapan semoga surat ini bisa sampai ke Anda. Saya asli Indonesia. Saya lahir dan besar di Jakarta. Saya menyukai dunia politik, sehingga saya haus akan berita-berita politik dan selalu antusias setiap diadakan pemilu, baik pilkada maupun pilpres.

Saya bersemangat mengikuti debat capres yang telah 5 kali diadakan. Saya ikuti semua, Pak. Saya merupakan pemilih yang menjadikan rangkaian debat capres sebagai salah satu poin untuk menentukan pilihan. Sayang sekali, Pak, di debat yang pertama, saat Pak JK mempertanyakan tentang tragedi HAM di tahun 1998, Pak Prabowo menanggapinya dengan emosi dan tidak menjawab. Saya katakan tidak menjawab karena saya sebagai penonton tidak mendapatkan jawabannya. Padahal jika Pak Prabowo melihat pertanyaan Pak JK itu sebagai sesuatu yang positif, Pak Prabowo akan melihat peluang untuk mengklarifikasi dan membersihkan nama Bapak dalam menjawabnya untuk kemudian mendulang dukungan rakyat, alih-alih menanggapinya dengan emosi. Melihat hal tersebut, terus terang, saya kecewa.

Masih di debat yang pertama, Pak. Pasangan Anda, Pak Hatta mengatakan bahwa hukum harus adil, tidak boleh tumpul di atas tetapi tajam ke bawah. Saya langsung teringat dengan peristiwa kecelakaan lalu lintas yang dilakukan putranya sehingga menyebabkan orang lain meninggal. Jika mengikuti beritanya, kita tahu bahwa putra Pak Hatta Rajasa bersalah. Tapi dihukumkah ia?? Tidak. Ia bebas bahkan sering pesta di London. Lantas, hukum adil yang Pak Hatta maksud itu hukum yang seperti apa? Tumpul di atas.

Pak Prabowo, saya juga mengingat bagaimana Anda menyatakan setuju atas ide-ide yang dikemukakan Pak Jokowi di dalam debat capres. Dan karena itu juga elektabilitas Anda memperlihatkan peningkatan. Di akhir debat Anda juga menyatakan akan menerima hasil pilihan rakyat. Dan bukan hanya di debat, Anda sering menyatakan tentang hal itu di forum lain.

Dan tibalah tanggal 9 Juli 2014. Pemilu presiden Indonesia dilakukan. Setelahnya, masih di hari yang sama, pukul 13.00 siang, kita menyaksikan quick count. Tapi quick count terbelah, 8 lembaga memperlihatkan keunggulan perolehan suara untuk Pak Jokowi dan 4 lembaga memperlihatkan keunggulan perolehan suara untuk Anda. Saat itu saya langsung mencari tahu tentang lembaga-lembaga survey yang memenangkan Anda. Kenapa? Jujur, setiap ada quick count, saya selalu berpatokan pada quick count puslitbang kompas, karena selama ini tidak pernah meleset alias terpercaya. Jika Bapak tidak mau mengakui quick count kompas atau yang lain karena menganggapnya sebagai media partisan Pak Jokowi, tidakkah Pak Prabowo memandang RRI yang merupakan lembaga pemerintahan? Dan bukankah partai-partai besar yang menduduki pemerintahan berada bersama Bapak?? Tapi RRI memperlihatkan keunggulan Jokowi Pak, sama seperti 7 lembaga survey lainnya.

Beberapa hari setelahnya, rakyat semakin sadar bahwa lembaga survey yang memenangkan Anda bahkan stasiun tv yang menyiarkan  kemenangan Anda tidak kredibel bahkan dipecat dari Persepi (Perhimpunan Survey Opini Publik) karena menolak diaudit. Muncul petisi untuk mencabut stasiun tv tersebut (saya sebut saja ya Pak, tv one, yang pemiliknya mendukung Anda). Hasil quick count akhirnya tidak boleh lagi ditampilkan karena dianggap membingungkan masyarakat dan untuk menghindari efek yang lebih kacau.

Beberapa hari kemudian Anda diwawancara oleh BBC. Pak Prabowo yang sebelumnya masih saya hormati namun setelah melihat wawancara tersebut tidak saya hormati lagi, itukah Anda yang sebenarnya Pak?? Bisa-bisanya Anda menjelek-jelekkan rival Anda yang sebangsa dan setanah air dengan Anda di depan orang asing dan jutaan penduduk dunia. Itukah Anda, Pak Prabowo Subianto?? Saya miris melihat tayangan itu. Saya sebagai rakyat Indonesia malu memiliki Anda sebagai calon presiden. Amit-amit Pak! Di tayangan itu Anda juga kembali sesumbar akan menang rekapitulasi KPU dan kalaupun tidak, Anda akan mempercayai hasil KPU, akan menerima hasilnya.

Ternyata rekapitulasi KPU memenangkan Pak Jokowi-Jusuf Kalla. Anda menyatakan menarik diri dari pilpres dan menyatakan telah terjadi kecurangan yang TSM (Terstruktur, Sistematis, dan Masif). Mana sesumbar Anda yang menyatakan akan menerima hasil rekapitulasi KPU?? Jika memang merasa dicurangi, kenapa tidak mengusut langsung setelah pemilihan dilakukan, malah menunggu rekapitulasi KPU dan ketika menyadari bahwa Anda kalah, Anda tidak terima.

Anda juga membuat video yang diupload ke youtube. Sadarkah Anda video Anda sangat provokatif?? Anda mengata-ngatai bangsa sendiri sebagai bangsa kacung. Anda memprovokasi pendukung Anda dengan mengatakan “marilah kita susun kekuatan. Dari orang ke orang. Lima orang demi lima orang. Sepuluh orang demi sepuluh orang. Atur. Pada saat nanti kita akan umumkan perjuangan kita. Pilihannya hanya dua, berdiri terhormat sebagai bangsa ksatria atau tunduk selamanya sebagai bangsa kacung.” Jadi rakyat harus menuruti Anda, kalau tidak Anda cap sebagai bangsa kacung. Kasihan sekali pemikiran Anda Pak Prabowo.

Anda menggugat ke MK. Demo massa di MK membuat macet jalan, merusak taman, dan selalu meninggalkan sampah di mana-mana. Pembagian jatah makan siang untuk para pendukung Anda selalu ricuh. Begitukah cara Anda memperlakukan rakyat yang mendukung Anda? Membuat mereka terlihat begitu kelaparan dan mendamba makanan. Dari Paket KFC (yang katanya Anda anti-asing), nasi padang, nasi styrofoam, sampai bacang. Begitukah cara Anda memperlakukan rakyat yang mendukung Anda, Pak Prabowo? Anda memanfaatkan rakyat kecil yang tergiur dengan makan siang gratis yang ditawarkan. Sungguh miris melihat sebagian rakyat Anda perlakukan seperti itu.

Anda juga membuat upacara 17-an untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia sendiri. Memang tidak ada yang salah dengan hal ini. Namun cara Anda membuat upacara, memperlihatkan betapa Anda sangat haus kekuasaan. Betapa Anda sangat gila hormat. Anda menginspeksi rakyat sipil yang berseragam seperti layaknya prajurit, lengkap dengan baret merah, melalui jeep. WOW!! Sadarkah Anda?? Anda sendirilah yang meng-kacung-i rakyat yang memilih Anda. Anda bertingkah seolah-olah Anda adalah pemimpin yang harus dihormati. Kasihan sekali Anda. Coba Anda tengok rival Anda. Pak Jokowi merayakan hari kemerdekaan Indonesia dengan ikut lomba bersama warga. Ia berbaur bersama rakyat. Seperti itulah pemimpin yang diinginkan rakyat Indonesia, yang telah dipilih sebanyak 70 juta rakyat. Pemimpin yang dekat dengan rakyat, tanpa jarak bahkan terkesan tanpa protokoler yang menghadang.

Pak Prabowo, diantara pemilu yang saya ikut berpartisipasi (saya tidak pernah golput), pilpres 2014 ini lah yang begitu sarat dengan kampanye hitam. Belajar dari pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, kampanye hitam juga marak dilakukan. Tapi, saya masih ingat betul saat pilkada DKI 2012, Pak Fauzi Bowo langsung menelpon Pak Jokowi untuk mengucapkan selamat begitu melihat hasil quick count yang memenangkan Pak Jokowi. Pak Fauzi Bowo tak perlu menunggu hasil KPU untuk mengucapkan selamat kepada rivalnya. Ia begitu berjiwa besar. Dan pendukungnya pun tidak perlu malu dan bersedih karena  kalah, sebab junjungannya telah berjiwa besar mengakui kemenangan kubu rival dan kubu pemenang pun menyatakan salut dan hormat kepada kubu Fauzi Bowo. Betapa damainya.

Pak Prabowo, besok akan dibacakan hasil keputusan MK. Saya sebagai rakyat Indonesia sudah letih melihat tingkah Anda. Sudahlah, Pak Prabowo. Koalisi partai yang Anda banggakan dan Anda pikir harusnya mendongkrak perolehan suara Anda kalah dengan koalisi rakyat. Sudahlah, Pak Prabowo. Jangan rusak persatuan rakyat dengan segala ucapan dan tindakan provokatif yang Anda lakukan. Sudahlah, Pak Prabowo. Jika Anda masih mencari celah dengan mempermasalahkan keputusan MK dan mencoba menggugat ke PTUN, MA, dan lain sebagainya dan lain sebagainya, maka Anda sendirilah yang telah mencederai suara rakyat Indonesia yang telah berpartisipasi dalam pesta demokrasi 2014.

Sudahlah, Pak Prabowo.. Sudahlah..

Sabtu, 03 Mei 2014

Catper Gunung Ciremai, 30 Juni – 1 Juli 2013



Ciremai oh Ciremai..
 
Bahkan ya, sampe sekarang gw masih ga percaya bahwa gw udah pernah ke gunung Ciremai. Selama ini (sebelum pendakian), Ciremai merupakan gunung yang gw hindari. Waktu gw SMA, klo ada ajakan nanjak ke gunung” di Jawa Barat, pasti gw iyain. Mulut gw enteng banget bilang,”Ayo.” Kecuali Ciremai ini. Mau tau kenapa? Oke gw ceritain.

Dulu gw pernah baca di majalah wanita, entah kartini atau femina atau sebangsanya lah, gw lupa, tentang kisah tragis seorang perempuan yang nanjak ke Ciremai. Dia pergi rame” sama temennya. Ber8 klo ga salah. Karena tergolong medan baru buat tim mereka (cuma 1 orang yang udah pernah ke Ciremai), terlebih anggota tim ada yang pendaki pemula, mereka pakai seorang pemandu sekaligus ranger setempat. Nah, si cewek ini termasuk yang pemula. Di tengah pendakian, kaki ni cewek terkilir dan sulit untuk melanjutkan perjalanan. Karena ga mau bikin temen”nya ga jadi muncak karena dia, dia pun merelakan temen”nya melanjutkan perjalanan ke puncak, sedang dia sendiri tetap di sana, mendirikan tenda dan hanya ditemani ranger mereka! Menurut gw, inilah letak kesalahannya. Temen”nya parah!! Bagaimana bisa mereka meninggalkan temen mereka sendiri bersama orang asing???!! #@*%

Besok sorenya, tim nih cewek udah balik lagi habis dari puncak dengan euforianya. Hzz.. Setelah berberes, mereka pun turun. Diperjalanan turun ini, terdapat 2 jalur yang membuat mereka bingung. Teman mereka yang pernah kesana memilih salah 1 jalur, tapi ranger mereka memilih jalur lainnya. Masing” merasa yakin dengan jalur yang dipilih sehingga tim pun bingung. Tim akhirnya memilih ikut jalur yang dipilih teman mereka, yang membuat ranger tersinggung. Ranger lantas langsung meminta si cewek untuk ikut jalur yang dia pilih, tetapi ditolak. Bagai kesurupan, ranger langsung menarik dengan kasar tangan si cewek yang menyebabkan anggota tim langsung membela ni cewek dan suasana memanas. Gelap mata, ranger menjadi berangasan dan memukuli siapapun anggota tim yang berani menarik ni cewek dari dia. Entah bagaimana mereka yang jumlahnya lebih banyak ga bisa menghadapi ni ranger. Naasnya, saat itu tidak ada pendaki lain yang naik ataupun turun melewati mereka. Merasa terancam, mereka pun memilih lari meninggalkan ni cewek dan si ranger!! …………………………….

Si cewek langsung ketakutan mendapati dia ditinggal bersama si ranger yang perangainya berubah menjadi kasar dari sebelumnya. Si ranger langsung dengan sadis menjambak rambut si cewek dan MENCONGKEL KEDUA MATANYA hingga benar” lepas!! Si cewek serta merta langsung merasa kesakitan dan menjerit”. Namun tidak berhenti sampai di situ, si ranger lantas menanggalkan pakaian ni cewek dan menyeretnya. Dalam keadaan tanpa pakaian sehelai pun, dengan kondisi mata yang telah tiada dan diseret, dimana ranting”, batu, dan apapun yang ada di tanah langsung mengenai kulitnya, si cewek ini pun pingsan.

Ia terbangun ketika sudah berada di rumah sakit. Ternyata teman”nya, sesampainya di perumahan warga, langsung melaporkan kejadian tersebut dan meminta bantuan. Ketika ditemukan, si cewek berada dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Beberapa warga mencoba mencari bola mata si cewek namun tidak ditemukan. Si ranger pun sudah ditangkap. Tragis, si cewek menjadi buta selamanya.

Di majalah itu diperlihatkan foto si cewek dan gunung Ciremai, tanpa memperlihatkan tampang si pelaku. Jujur sehabis gw baca artikel itu, gw ketakutan dan ga habis pikir. Apa yang menyebabkan si ranger menjadi berang dan sedemikian sadis? Yang jelas sejak itu gw jadi menghindari ajakan ke Ciremai. Telebih cowok gw saat itu juga melarang keras gw ke Ciremai karena temennya luka parah sehabis dari Ciremai, yang katanya sih kena badai.

Cerita menakutkan tentang Ciremai ga berhenti sampai di situ. Waktu gw kuliah, ngobrol” di Takor, Lendi cerita tentang pengalaman temennya ke Ciremai. Waktu itu gw sama Lendi emang lagi nyusun rencana nanjak yang akhirnya ke Cikuray (baca postingan gw yang judulnya ‘Catper Gunung Cikuray …’). Gw yang saat itu Alhamdulillah belum pernah ngalamin kejadian horror di gunung, cuma bisa bengong denger cerita Lendi. Jadi temennya Lendi waktu ke Ciremai, tendanya disenderin sama pocong donk, dengan bentuk khasnya itu. Lendi saat itu bilang, “klo Ciremai, nanti dulu deh” yang langsung gw timpalin, “iya Len, gw juga belum siap mental ke sana. Masih banyak gunung lain.” Hahhaha

Itulah cerita tentang Ciremai yang membuat gw semakin menghindarinya. Tapi entah kenapa, di pertengahan Juni 2013, muncul keinginan untuk pergi ke CIremai. Diawali sama gagalnya rencana ke Pangrango yang saat itu ga dapat kuota. Gw sama Opik aka Muhamat Taufik pun memutuskan ganti gunung. Dan meluncurlah usulan Ciremai dari mulut gw. Ga sih, dari jari, soalnya waktu itu ngbahasnya via wa. Hehhehe. Dan Opik pun mengiyakan. Asal kalian tau, pendakian ke Ciremai adalah pendakian ternekat gw. Kenapa gw bilang nekat adalah selain karena Ciremai selama ini merupakan gunung yang gw hindari, gw juga melakukan pendakian ini cuma berdua. Yup, sama Opik. Belum berhenti sampai di situ, sebagaimana pendakian yang cuma berdua (karena ideal pendakian minimal adalah 3 orang), harus dilakukan dengan teman perjalanan yang solid. Dan Opik bukan orang yang worth untuk itu. Kenapa? Kalian akan ngeri baca jawaban gw. Karena gw sama Opik baru ketemu 1x pas trip ke Ujung Genteng yang notabene adalah pantai yang bisa dikunjungi naik mobil, naik kendaraan. Beda jauh sama naik gunung yang harus jalan kaki, masuk hutan, dan jauh dari peradaban. Sampai sekarang klo ditanya kenapa berani, gw pun ga bisa jawab. Gw cuma ngikutin feeling aja dan stay positive. Rencana perjalanan pun dibahas via wa, ga face to face. Kita memilih jalur pendakian Apuy di Majalengka. Dan akhirnya hari H pun tiba.

Gw sama Opik janjian ketemu di kampung Rambutan hari Sabtu, 29 Juni 2013 jam 9 malam. Tapi gw nyampe di tekape jam 10. Macet (klise ya alasan gw, tapi beneran ko :D ). Setelah masukin carrier ke bagasi bus, kita pun naik. Tapi bus udah penuh, alhasil kita ngampar di lantai deket supir. Karena ngampar ini, jadi susah nyender yang berimbas jadi tidur tidur ayam alias ga bisa tidur. Yasuwlah ya. 


Hari ke 1, 30 Juni 2013

Setelah nyambung elf dan ojek, kita sampai juga di mesjid dekat pos registrasi Majalengka. Di depan mesjid, terdapat kantor kepala desa yang boleh dan biasa digunakan pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum atau sesudah pendakian. Dan memang, di sana telah terdapat 1 rombongan pendaki dari UI. Dan rombongan ini akhirnya berangkat duluan karena mereka udah melakukan registrasi malam sebelumnya, sedangkan gw dan Opik baru mau registrasi. Selesainya, sekitar jam7 lewat, nanjak ke Ciremai pun dimulai.

Setelah melewati pos 2, gw mulai merasa lain. Badan gw mulai menolak instruksi yang diberikan otak gw. Gw mencoba stay positive. Gw pikir mungkin karena kecapean aja, berhubung gw udah 2 taun kga nanjak. Akhirnya gw minta break makan siang sama Opik. Opik oke” aja. Beruntungnya gw, Opik ini sabar nian.

Dengan makan, gw berharap tenaga gw bisa fully charged. Tapi ternyata ga juga. Macam ga ada ngaruhnya, bahkan makin kacau. Ga seperti biasanya gw. Gw mulai sadar ada yang ga beres. Gw berulang kali coba nghipnotis diri sendiri untuk lawan apapun yang membuat gw lemah. Kita lanjutin perjalanan dan jalan gw udah sangat melambat.

Menjelang jam 5 sore, hampir 10 jam pendakian, kita belum nyampe juga di goa walet, tempat tujuan ngcamp. Tapi udah nglewatin pos 5. Pas kita lagi jalan itu, ada pendaki yang teriak dari seberang, yang dibatasi sama jurang, ke arah kita
“Mas, tau goa walet di mana ga?”
“lah jadi dari tadi belum ketemu?” (Opik balik nanya)
“belum, Mas”
“udah ngelewatin jalur palutungan-apuy belum? Nglewatin itu dulu sih”
Buseh. Sembunyi di mana tuh goa walet (yakale). Lanjut jalan. Gw yang sadar bahwa gw makin drop, bilang ke Opik,
”Pik, gw udah kacau ni. Nti klo di depan kita ngliat lahan agak datar, kita ngcamp di situ aja ya?”
“Gitu? Yaudah. Lo tunggu aja di sini, istirahat. Biar gw ke atas nyari tempat. Nti gw jemput”
“Yaudah lo dluan, tapi gw tetep jalan ko"
Dan opik pun jalan duluan ke atas. Ga nyampe 10 menit, Opik udah balik lagi bawa kabar melegakan. “Ada ra, deket ko. Tu gw udah naro carrier di sono. Udeh lo makan dlu nih (sambil nyodorin oreo), gw solat dlu ya.” Selesainya, Opik langsung ngambil alih carrier gw dan kita jalan lagi. Dan emang deket. Dan tempat itu bener” cuma muat 1 tenda. Yasuw langsung deh kita diriin tenda. Abis itu gw langsung minta ijin mo ganti baju, dan Opik pun nungguin dari luar tenda.

Di luar udah mulai gelap. Kita pun mulai masak. Bikin susu jahe dan masak sosis. Bahkan sehabis ganti baju, nyemil, dan minum anget pun, gw ga merasa kondisi gw membaik. Badan gw kayak bukan badan gw. Gw merasa asing sama badan gw sendiri. Kalian akan sulit percaya sama apa yang gw rasain saat itu. Untuk pertama kalinya, gw takut kesurupan. Kenapa gw mikir gitu? Karena gw ngerasa otak gw bener” diserang, banyak dapat tekanan, dan kendali otak atas badan gw melemah. Jujur, gw takut kalah. Otak gw bener” harus menginstruksi dengan keras badan gw agar nurut. Gw ga boleh kalah sama keadaan sekitar. Ini badan gw, dan sudah seharusnya dia bersinergi sama otak gw, bukan sama yang lain.

Dan beruntungnya gw, Opik bener” temen jalan yang solid abis!! Sambil menunggu nasi matang, gw minta ijin tidur. Opik sempet nglarang karena gw belum makan. Gw bilang bangunin gw aja nanti. Karena kasian ngliat keadaan gw, tu anak jadi ga tega. Dipersilakan deh gw tidur. Maaf ya Pik.. Lo baik banget sii.. :D Sebelum tidur itu, gw inget banget sehabis baca doa, gw bilang ke diri gw sendiri di dalam hati,”tetap di sini.” Dan gw pun tertidur.

Gw dibangunin Opik jam 8. Disuru makan. Opik juga nyuru gw untuk pipis, jangan ditahan” karena nahan pipis itu bisa bkin jadi tambah kedinginan. Gw pun nanya, tadi tekapenya dia dimana. Dia bilang deket tenda aja, ga usah jauh”. Jujur ya, saat itu gw takuuutt mo keluar, gelap” sendirian, walopun deket tenda. Sebelumnya mah gw asik” aja sendirian gelap”. Tapi kali ini,, huhuhuuu.. :s Tapi gw harus ngadepin ketakutan gw. Keluar tenda deh. Pas keluar,, waa gelap bangeet! Pengen masuk lagi aja. Tapi ga boleh. Ngelangkah, coba tetap tenang, matiin headlamp, daaann,, oke, selesai. Masuk lagi ke tenda. Sekarang giliran Opik yang minta ijin untuk tidur, dan gantian gw yang nglarang dia dengan alasan, dia belum makan, padahal makanannya udah selesai dia masak. Opik bilang dia ngantuk banget. Gw pun ngbujuk” Opik, pake acara nyuapin segala. Tapi cuma 1 suap. Opik kayaknya beneran udah ngantuk berat. Sambil mandang tu makanan, gw bilang,”klo gitu gw juga tidur aja deh. Makannya besok aja.” “Yah, jangan gitu Ra. Yaudah gw temenin lo makan. Tapi gw ga ikut makan ya.” Dan gw pun makan. Hehehe.

Selesai makan, kita siap” tidur. Dan gw menggigil kedinginan. Padahal udah ganti baju semuanya, pake inner, jaket, dan masuk sleeping bag, plus udah makan dan kencing pula, tapi gw masih menggigil. Aneh. Opik sampe keheranan dan nanya,
”lo kedinginan banget, Ra?”
“iya, Pik”
“mo gw peluk?”

Denger pertanyaan Opik ini, gw langsung ketawa dan bilang,
”jangan macem-macem lo”
“yee, beneran gw”
“ogah”
“yaudah”
“Pik, gw mo ngomong sama lo, tapi lo jangan jadi takut ya”
“apaan?”
“gw ngerasa ini kayak bukan badan gw”
“ah, lo ngomongnya jangan nakutin gitu Ra”
Diem…
“udah, ni lo pake sleeping bag gw juga gih” (sambil nyelimutin gw pake sleeping bagnya)
“udah ga usa Pik. Tenang aja sih” (sambil nyodorin balik tu sleeping bag)
“lo ngomongnya begitu” (tetap nyelimutin gw) “klo ujan, jadi angetan ni Ra”
“pala lo”
“yee, lo dkasi taunya”
Dan Opik macam pawang kemarau, beberapa menit kemudian beneran turun hujan. Langsung sadar belum bikin got. Kebiasaan. :D Opik langsung ngluarin sekop dan bikin got. Gw yang tau diri bahwa gw udah tidur dan makan, sedangkan Opik belom, langsung ngambil alih sekop di tangan Opik. Selesai. Kita pun kembali bersiap tidur. Ujan mulai mereda. Baik gw dan Opik udah dalam posisi siap tidur sampai akhirnya kita mendengar bunyi,”sreng,, sreng,, sreng,,” persis suara pisau atau pedang yang lagi di asah. Kita juga ngedenger suara,”sruk,, sruk,, sruk” macam orang ngegali. Persis dengan suara yang gw hasilkan saat gw bkin got tadi, tapi suaranya lebih jelas. Tu suara bergantian, berulang kali. Dan sumber suara berasal dari arah kepala kita, yang notabene bukan trek, lebih tepatnya, deketan sama tempat gw buang air. Deg,, raut muka gw langsung menegang.
“suara apa tu, Ra?”
“udah lo diem aja”
“itu suara apa, Ra?”
“udah lo diem aja, jangan dibahas” (sambil mukul lengan Opik dan ngomong setengah berbisik)
Gw mulai ketakutan. Mana Opik bener” pelor. Nobita abis. Doi tidur dengan cepat, plus ngorok. Dan suara itu perlahan hilang berganti sama suara ngoroknya Opik. Sebagai info, gw ga bisa banget tidur dengan suara ngorok. Waktu gw ke Sawarna, adeknya temen gw ngorok yang berimbas pada gw beneran ga tidur semaleman itu. Oke, balik ke cerita. Dengan pasrah gw pandangin Opik yang asik ngorok. Dan di sinilah apesnya gw dimulai.

Saat gw liat Opik itu (gw tidurnya miring ke kanan, ke arah Opik. Opik tidurnya telentang), dari tenda, gw ngliat seperti kabut yang solid, warna putih, layaknya casper, menggumpal melayang gitu, dan berpindah! Selumrahnya mata, klo ngliat sesuatu yang ‘baru’ pasti awalnya akan ngikutin dlu, istilahnya sekarang sih, kepo. Dan itulah yang dilakukan mata gw. Ketika tu casper berbelok dengan halusnya dari arah sisi Opik ke arah kepala kita, otak gw langsung mengirimkan perintah untuk jangan lihat itu! Gw langsung menyadari kesalahan gw dan langsung merem. Jantung gw berdetak super cepat dan tangan gw meraih lengan kiri baju Opik, walopun Opik udah tidur. Cuma untuk meyakinkan diri gw bahwa gw ga sendirian berada di situ.

Gw bener” ketakutan. Gw yakin itu bukan manusia, karena klo manusia, selain akan ada suara langkahnya, munculnya pun ga dari situ. Karena trek itu ada di arah kaki kita. Sedangkan ni casper, muncul begitu saja dari sisi Opik dan berbelok ke arah kepala kita yang sama” bukan trek, dan ngegetok tenda! Tau dari mana digetok dan bukan hasil kena angin? Dulu waktu ke gunung Gede, di surya kencana, tenda gw pernah digetok sama yang jualan nasi uduk untuk nawarin dagangannya. Jadi gw tau bedanya tenda yang emang digetok sama yang kena angin. Dan memang ga ada angin bertiup saat itu. Jadilah gw makin ketakutan. Dan asemnya, Opik masih pules tidur, ketauan dari suara ngoroknya yang masih eksis. Sampai akhirnya gw mikir, jangan” tenda digetok karena “dia” terganggu sama suara merdunya Opik lagi.. Sempet terpikir sama gw untuk bangunin Opik dan nyuruh dia diem, sampai akhirnya gw mikir lagi, lebih baik biarin aja, dengan harapan tu makhluk ngirain kita berdua udah tidur dan ga terganggu dengan getokannya. Lagipula daripada suaranya Opik berganti sama suara ngasah pisau dan ngegali tadi, mending gw denger suaranya Opik! Saat gw mikir itu, tenda digetok lagi ditempat yang sama, dari arah belakang gw. Yak, gw pilih keputusan yang kedua. Gw abaikan itu semua. Selebihnya gw ngerasa dia balik ke sisi Opik lewat arah kepala kita. Klo yang ini lebih ke feeling gw aja sih, karena gw ga ngeliat lagi. Gw ga berani melek. Sampai akhirnya gw beneran tertidur. Alhamdulillah.
tenda tempat kita ngcamp


Hari ke 2, 1 Juli 2013

“Ra, bangun Ra. Ayo ke puncak”
Gw denger suara Opik yang ngbangunin gw. Tapi gw ga bergeming. Sampai akhirnya,,
“wuiiihh,, awaan. Bagus juga ngcamp di sini, tempatnya keren”
Denger Opik ngomong gitu, gw langsung melek dan bangun. Dan Opik emang bener, tanpa keluar tenda, kita bisa ngliat awan yang berada di bawah kita. Cantiknyaaa :D Selanjutnya kita sarapan dlu sebelum ke puncak. Opik masih aja belum mau makan. Gila ni anak, lagi diet ye? Opik bilang dia sarapannya di puncak aja. Yasuw, jalan dah. Kita summit dengan ninggalin barang” di tenda.

pemandangan dari tempat ngcamp. Bayangan puncak Ciremai tercetak di awan

Ga lama setelah kita jalan, kita ketemu juga sama tempat pertemuan jalur Apuy dengan jalur Palutungan. Dan di depan kemudian ketemu pos selanjutnya, tempat awal kita mo ngcamp, goa walet. Sebenernya deket, tapi gw ga nyesel, malah seneng kita ga jadi ngcamp di goa walet. Goa walet letaknya dibawah dan dikelilingi tebing, jadi pemandangannya terbatas. Mendekati puncak, kita melihat in memoriam atas nama Nurdiyanto. Yang jikalau kalian googling namanya, akan mendapati berita tragis akan kematiannya.. Berjalan hampir sejam dari camp, akhirnya pas jam 8, kita nyampe juga di puncak.

Mo nangis rasanya pas nyampe di puncak. Terharu. Bagus banget dan ga nyangka!! Terima kasih Allah,, mengijinkan hamba berada di sini. T-T Bersama teman yang solid dan super sabar, Opik. Makasih Opik :) Cuaca hari itu cerah banget. Gw dan Opik sama” terpesona dengan pemandangan yang ada. Kita senyum lebar” dah. Mana di puncak itu sepi, cuma ada kita berdua doank. Serasa puncak milik berdua. Hahhaha :D Dan puncak Ciremai benar” memiliki kecantikan yang luar biasa.  Kita bisa ngiterin puncaknya untuk ngliat pemandangan sekitar Ciremai yang terletak di tiga kabupaten secara membulat. Jujur, sampai saat ini, Ciremai masih menjadi gunung tercantik yang pernah gw sambangi. :D




cuacanya ceraaahh :D

Lagi asik menikmati puncak, di bibir kawah, Opik tiba” ngomong,
“aneh banget ya suara semalem. Udah mana sekop di taro di luar lagi”
“seriusan lo sekop ditaro di luar?”
“lah kan lo yang naro abis bkin got”
(kaget!) “iya ya? Jangan-jangan yang dipake emang sekop lo lagi?”
Senyap…

Skip. Kita ga mau ngbahas itu. Nanti aja klo udah turun. Hahaha. Nah, lagi asik duduk”, Opik ngomong lagi,
“eh Ra, itu siapa ya yang bkin lafadz Allah di situ?” (sambil nunjuk ke arah kawah)
(nengok) “ah, beda ah. Mirip-mirip aja itu” (mata gw emang rabun minus 1 sih)
“yee,, ga percaya. Mana sini kamera lo. Gw potoin”
Dan difotolah sama Opik. Hasil fotonya di zoom sampe mentok trus ditunjukkin ke gw. Dan benar! Dengan jelas gw bisa ngliat lafadz Allah, lengkap dengan tasydidnya. Bengong,,, gw langsung bilang,
“wah, bukan manusia tuh yang bikin. Gila kali turun ke ni kawah. Trus rapi banget lagi ni bikinnya, awet pula” (langsung heboh)
“ga tau lah Ra. Mantep ya”
Gw benar” terpana. Takjub. Berulang kali gw pandang tu tulisan *matabelo. Gw ga tau apakah pendaki yang lewat jalur linggarjati bisa ngeliat lafadz Allah ini atau ga karena klo lewat linggarjati, munculnya di puncak sebelah sana (seberang gw). Sebelum nanjak, gw udah baca” blog orang tentang pendakian ke Ciremai, dan ga ada satupun yang menceritakan keberadaan lafadz Allah ini, yang membuat gw semakin terpesona akan Ciremai. :)

 kawah di puncak Ciremai. liat tanda panah merah, di situ terdapat lafadz Allah
jika di zoom dan diputar 180 derajat, jadinya begini


Di puncak itu Opik memperlihatkan sisi manusianya, yaitu LAPAR. Akhirnya,, setelah semalem ga makan, tadi pagi juga ga makan, ni anak makan juga. Membuat gw yakin bahwa gw jalan sama manusia, bukan robot. Hehhehe. Setelah sejam berduaan dengan syahdu menikmati puncak Ciremai (halah, wakakak), pas jam 9 kita pun turun kembali ke camp.

Sesampainya di camp, Opik lanjut masak. Wuih, masih laper doi. Dan begitu makanannya jadi, gw pun tergoda. Ga mau kalah sama Opik, gw ikutan makan dengan lahap. (dasar gw, giliran makannya aja ngikut, masaknya kga :p ). Usai makan, kita pun bsiap turun. Kita turun sekitar jam setengah 12. Tadinya Opik ngajakin turun lewat jalur yang beda, jalur Palutungan. Alasannya, biar ngrasain jalur Palutungan juga. Tapi melihat kondisi gw yang ga meyakinkan, akhirnya kita tetap lewat jalur Apuy. Hihihi.

Oia, Ciremai ini adalah satu”nya gunung yang gw banyak banget ngliat sampah botol minuman yang isinya air urine alias air kencing. Jadi, mitos di Ciremai adalah jangan buang air di tanah Ciremai. Terserah lah ya klo para pendaki ingin mengikuti mitos tersebut, dengan ga mengencingi tanah Ciremai, gw ngerti. Tapi botolmya dibawa turun lagi laaahh. Botol minuman itu kan bukan sampah organik. Klo ditinggal gitu jadi ngrusak alam dan pemandangan mata. Mending langsung aja kencing di tanah. Baca doa jangan lupa, dan niatnya bukan untuk nantangin.

Di perjalanan turun, tetap aja gw jalannya lama. Pas di pos 1, kita ketemu sama warga setempat yang mau melakukan ziarah di puncak. Bukan muda-mudi yang kita temui, tapi kakek nenek. Orang” paruh baya. Dan mereka kebanyakan ke atas pake sandal jepit. Ada pula yang nyeker. Salah satu warga yang kita kenal, Pak Junet (klo ga salah inget. Kemarin, pas kita mo naik, udah ketemu sama beliau juga soalnya di pos 1 juga) bilang setiap tanggal 1 disetiap bulan, mereka memang selalu ziarah ke puncak. Berdoa di sana. Bengong.. Oia, gw juga nanya tentang keberadaan lafadz Allah di kawah dan Pak Junet bilang lafadz itu dibikin sama anak SMA, tapi lupa tahun berapanya. Tambah bengong.... Beberapa menit kemudian Pak Junet dan para warga pamit ke kita untuk melanjutkan perjalanan ke puncak. Dan gw memandang keberangkatan rombongan mereka dengan mulut menganga.. Zuper zekali!!

Lanjut jalan. Dan karena jalan gw yang lambret itu, kita nyampe kembali di mesjid menjelang magrib. Mana pake acara nyasar di ladang dulu lagi gara” gw. Tes jaluur. Hehehe. Abis magrib, kita kembali naik truk sayur sampai pasar Maja dengan ongkos 7ribu. Dengan pertimbangan jika tetap pulang ke Jakarta hari itu juga, bakal nyampenya dini hari, jam1 jam2, ogah banget. Akhirnya gw nempelin Opik nebeng tidur di kosan temennya di Jatinangor. Gw baru nyampe rumah besok siangnya. Perjalanan ke Ciremai pun selesai. Alhamdulillah. :D

So much thanks to Opik. Aaahh, gila lo Pik. Untung banget gw nanjak ke Ciremai ini sama lo. Makasi yak udah jadi tim solid gw, sabar dan tetap tenang ngadepin gw, padahal terhitung baru kenal. Luar biassa!! :D

Selasa, 29 April 2014

Catper yang Bukan Catper Gunung Sindoro 29-31 Maret 2014


Aaaaarrrgghh

Ternyata taun ini gw masih aja nanjak, padahal niatnya mau vakum dlu. Kenapa? Karena gw pengen nabuung mau bikin lisensi diving. Tp ketika memasuki tanggal 20-an Maret, ada racun datang. Caca wa-in gw ngajak ke Sindoro. Dan seperti biasa, sulit menolak ajakan nanjak ke gunung yang belum pernah gw sambangi. Gw iyain lah. Dan gw pun masuk ke grup wa yang saat itu udah berjumlah belasan, dan yang gw kenal cuma Caca (seperti biasa, yang gw kenal cuma 1 orang). Hahhaha.

Klo kalian baca postingan gw sebelumnya, 2013, yang jalan” di Desember,,, yup, gw ngajak kenalan gw pas di Papandayan untuk ikut ke Sindoro. Bois dan Kristin, pendaki dari Cibinong. Caca terhubung sama Bois dan gw terhubung sama Kristin. Pipit ga ikut karena dia lagi lanjut sekolah di luar. Dan yang anak” Unpad, gw terhubung sama salah 1 dari mereka aja, Abi. Tapi ternyata Abi udah pulkam ke Samarinda, Kalimantan Timur. Jadi ga bisa join. Aaaaaaakkkk Kalimantan. Suatu hari aku akan datang! :D

Yasuw, kita berempat, gw Caca Bois Kristin janjian berangkat bareng. Kita berangkat dari terminal Tanjung Priok di hari Jumat tanggal 28 Maret 2014 jam 18.30. Setelah perjalanan 13 jam, kita sampai juga di terminal Mendolo, Wonosobo yang langsung dijemput sama Mas Aji selaku tuan rumah, beserta dayang”nya, Tari dan Ira, plus ajudannya, Syahran. Halah. Hihihi. Langsung menuju rumah Mas Aji yang tinggal nyebrang dari terminal. Dan rumah Mas Aji ini pewe abiis. Sambil nunggu anggota tim yang belum datang, kita pada istirahat, makan, ngobrol”, dan diskusi buat nanjak ini.

Oia, kenapa gw kasih judul postingan ini dengan nama “Catper yang Bukan Catper …” adalah karena ga ada laporan hariannya, emang ga niat nulis catper. Jadi ga perlu berbaik sangka akan ada tulisan ‘Hari ke-1, 2, 3 dsb’ yaa. Hehhe. Oke, kembali ke cerita. Akhirnya sehabis ashar, setelah semua anggota tim lengkap, kita bertolak dari rumah Mas Aji untuk naik losbak ke basecamp pendakian Sindoro dan nanjak Sindoro pun dimulai.



Singkat cerita, walaupun aslinya perjalanannya kga singkat, kita akhirnya sampai di pos 3, tempat tujuan ngecamp. Tapi sesampainya di sana, lahan full coy. Sedangkan kita bawa 4 tenda untuk 15 orang. Lalalalala. Akhirnya kita ngcampnya misah”. Wakakkakak. Ngcampnya pun ga dtempat lapang, tapi turunan. Makasih buat Wawo aka Antonius Heru di Jakarta atas pinjaman tendanya ke gw. Gw setenda sama Caca Bois Kristin. Sebenernya ni tenda buat kapasitas 3 orang, tapi diisi 4 orang plus barang”. Alhasil kita tidurnya pada miring semua. Ga boleh telentang, bukan apa”, tapi karena ga muat. Hahhahahaha

Di depan tenda yang gw tidurin, ada tenda tim kita juga yang diisi 4 orang, Tari, Syahran, Tofik, dan Mas Andi. Yang namanya Andi di trip ini ada 2 orang yaa, yang satu gw manggilnya Mas Andi dan yang satu lagi gw manggilnya Andi. Nah, Mas Andi ini besokan paginya udah turun lagi karena ada urusan lain. Jadinya kita total b14. Dan malam itu kita pun akhirnya tidur. Rencana bangun dini hari dan ngejer sunrise di puncak? Klise. *ngakak

Entah jam berapa, gw kebangun dan samar” mendengar suara anak” tenda depan. Karena masih setengah sadar plus dingin, gw pun tidur lagi. Dan akhirnya gw kebangun, lebih tepatnya, kita semua di tenda kebangun karena Kristin mendapat panggilan alam. Desakan yang tak bisa ditunda dan merusak formasi yang membuat kita semua melek dan terduduk di tenda. Wakakak. Coba ngintip” keadaan di depan,, lah, ternyata mereka udah beresin tenda dari jam 4 pagi tadi karena tenda mereka makin merosot. Selanjutnya keluar dari tenda dah, gabung sama mereka yang udah tergusur. Masak, makan, foto. :D

Sekitar jam stengah 9, kita bkumpul lagi 1 tim dan mulai summit attack. Wohohoo. Jalan jalan jalan. Akhirnya nyampe. Dan begitu menapaki puncaknya, gw langsung menjatuhkan diri untuk melakukan ritual yang selalu gw lakukan setiap mencapai puncak, sujud syukur. Terima kasih Allah.. Seperti biasa, gw selalu terpesona dengan yang namanya Puncak. Dan Sindoro adalah gunung yang mengerucut layaknya gunung Cikuray dengan pemandangan puncak dan kawahnya yang mirip” gunung Ciremai. Anggun sekaligus gagah. Itulah Sindoro. :)




Setelah sekitar 1 jam menikmati puncak, kita pun kembali turun. Ada yang kocak diperjalanan turun yang dilakoni oleh Rara. Ga bisa diceritain. Asli gw ngakak sampe keluar airmata. Makasih Ra, hiburannya. :)) Kita sampai kembali di pos 3 untuk makan dan beberes. Kita semua makan makanan yang ada udah kayak piranha laper. Ganas semua. Bagus, emang itu seninya. :D Dan selepas magrib, sekitar jam 18.30, kita mulai turun dari pos 3 dengan tujuan kembali ke rumah Mas Aji.

Oia, 1 hal lagi, pas turun, gw jadi sweeper (yang paling belakang) dan ada makhluk dunia lain yang ngikutin gw. Asem. Entah kenapa sejak kejadian mistis di Ciremai, gw emang jadi lebih sensitif sama hal” begitu. Tp walaupun gw dikuntit dan mereka berbisik, tertawa di telinga kanan-kiri gw, gw ga setakut waktu di Ciremai. Gw bisa stay cool. Hihihi. Sebagian dari anak” pada sadar dan liat bahwa gw diikutin, tim kita diikutin. Mereka pikir gw ga tau, padahal gw tau. Gw ga mau ngbahas aja. Lah wong yang mau dibahas masih dibelakang gw. Nti kegeeran lagi klo dibahas. Hahhaha. Sebenernya gw pengen minta switch, tapi saat itu kondisi ga memungkinkan. Anak” udah pada tepar. Yasuwlah, gw nikmatin aja. Aku rapopo *ngakak

Special thanks to Mas Aji, terima kasih atas jamuan dan tumpangannya kepada kami semua. Mas Aji memuliakan tamu, semoga mendapatkan pahala yang tiada habisnya ya Mas. Aamiin. Terima kasih the PHP Team: Caca, Bois, Kristin, Iwan, Fahmi, Tari, Syahran, Rara, Tofik, Ira, Eva, Andi, dan Ade. Kalian grup racuuuunnn !! :D

Wanna see the video? Here it is. Created by Syahran